Beliau berkata dalam Maqâshid al-Shaum,
لِأنَّ الصَّائِمَ إِذَا جَاعَ تَذَكَّرَ مَا عِنْدَهُ مِنَ الجُوْعِ فَحَثَّهُ ذٰلِكَ عَلَى إِطْعَامِ الْجَائِع
Artinya: “Karena sesungguhnya orang berpuasa saat merasakan lapar, dia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar.”
Hadirin yang berbahagia, Cukup terang bahwa puasa didesain bukan untuk kepentingan diri kita sendiri.
Rasa lapar dan haus yang kira rasakan seyogianya menajamkan kepekaan kita terhadap orang-orang yang lapar di luar sana, atau bahkan mungkin di dekat kita.
Kondisi sehari-hari yang selalu kenyang dan serba berkecukupan memang potensial menumpulkan perasaan untuk empati terhadap penderitaan orang lain.
Melalui puasa yang hanya berdurasi belasan jam, umat Islam dipandu untuk mengenali kondisi kekurangan saudara-saudaranya, tetangga-tetangganya, yang sehari-hari terbiasa lapar dan berakhir entah kapan.
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat 18 Februari 2022 dengan Tema Empat Akses Pintu Zina, Berikut Selengkapnya
Tujuan pokok dari empati itu tentu saja adalah solidaritas sosial.
Rasa belas kasihan mendorong adanya aksi uluran tangan.