وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185)
3. Suci dari haid dan nifas.
Dalam hadis dikatakan:
Dari Mu’adzah dia berkata: Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, “Kenapa gerangan wanita haid mengqhada puasa dan tidak mengqada shalat?” Maka Aisyah menjawab, “Apakah kamu golongan Haruriyah?” Aku menjawab, “Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.” Aisyah menjawab, “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kamindiperintahkan untuk mengqada puasa dan tidak diperintahkan menqhada shalat.” (HR. muslim)
Yang mendapat keringanan tidak berpuasa
Ada beberapa kondisi seseorang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa, yaitu sebagai berikut.
1. Orang yang sakit
2. Orang dalam perjalanan