BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kemungkinan Fenomena La Nina hingga Bulan Februari 2022

30 Oktober 2021, 13:08 WIB
ilustrasi cuaca /Jurnal Soreang/Yusup Supriatna/Pikiran Rakyat

PORTALKALTENG - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati menyampaikan ancaman La Nina di Indonesia.

Ancaman La Nina kali ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

Dwikorita meminta Pemerintah Daerah serius menanggapi peringatan dini La Nina yang dikeluarkan BMKG.

Hal ini disampaikan Dwikorita saat Rapat Koordinasi Nasional pada Jum'at 29 Oktober 2021.

Baca Juga: 10 Pasangan yang Membuatmu Percaya akan Cinta Sejati

Peringatan dini ini dikeluarkan agar Pemerintah Daerah menyiapkan rencana aksi hadapi guna meminimalisir dampak dan kerugian yang lebih besar .

"Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini. Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi yang komprehensif akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi," ungkap Dwikorita.

BMKG telah menyampaikan Peringatan Dini untuk WASPADA datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini.

Baca Juga: Tahu kah Anda tentang Sejarah Hari Oeang Republik Indonesia?

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang menjadi La Nina yang diperkirakan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Dwikorita menyebut, statistik kebencanaan saat ini didominasi oleh peristiwa-peristiwa bencana yang terkait dengan cuaca/iklim.

Baca Juga: Lupa Bawa Masker : Puluhan Warga di Murung Raya Jalani Sangsi Kerja Sosial

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2020, kejadian bencana angin ribut/puting beliung, banjir, longsor dan kekeringan mencapai 79% dan 83% dari total bencana yang tercatat.

"Peringatan dini yang dikeluarkan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan jeda waktu yang bisa dimanfaatkan utnuk mempersiapkan segala sesuatunya, mengingat fenomena cuaca dan iklim bisa diprakirakan," ujarnya.

Meskipun La Nina tahun ini tidak sama persis dengan kejadian tahun 2021 lalu, karena lebih lambat kemunculannya.

Namun anomali curah hujan yang tercatat dapat menjadi referensi dalam melakukan upaya-upaya untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi.***

 

Editor: Patriano Jaya Maleh

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler