Mengapa Rusia menginvasi Ukraina? Berikut Sejarah dan Analisa Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Ugroseno

- 20 Mei 2022, 19:36 WIB
Pertempuran antara Rusia dan Ukraina
Pertempuran antara Rusia dan Ukraina /Pixabay/geralt.

PORTALKALTENG – Perang yang berkecamuk di Ukraina sejak 24 Februari 2022, kini sudah memasuki hari ke-86. Kedua belah pihak saling mengklaim dalam kemenangan. Peperang Propaganda pun tidak terelakan dari kedua belah pihak.

Rusia yang  menyatakan menguasai pabrik baja Azovstal telah menahan 771 tentara ukraina. Hal ini menambah total jumlah tentara yang ditahan Rusia sebanyak 1.730 orang.

Tak mau kalah, Ukraina juga melakukan serangan ke wilayah Rusia. Kamis lalu saat fajar, tentara Ukraina menyerang wilayah barat Rusia Kursk. Dalam serangan itu diklaim satu warga sipil tewas dan lainnya luka-luka.

Peperangan dan klaim kedua negara menjadi bagian tak terelakan yang menjadi pemberitaan yang cukup liar di jagat maya.

Baca Juga: 80 Hari Invasi, Rusia Terus Bombardir Azovstal dan Serang dengan Infanteri Namun Masih Gagal Taklukan Mariupol

Ada media yang terkesan pro Rusia dan ada juga yang pro Ukraina. Bahkan pembaca Indonesia juga tidak luput terbawa dalam suasana pro dan kontra tersebut.

Peperangan yang terjadi, jelas menyisakan kepedihan dan kerugian bagi rakyatnya, dan bagi negara yang bertikai. Efek perang juga berdampak secara Global.

Rusia yang merupakan salah satu raksasa minyak bumi terbesar ke-3 yang memasok sebagian besar Eropa.

Sekalipun mendapatkan embargo dari negara barat dan sekutunya, hasil minyak dan gas bumi Rusia tetap memberi pengaruh yang besar terhadap stabilitas perputaran perekonomian negara-negara yang dipasoknya.

Baca Juga: Finlandia Bersiap Gabung NATO, Kremlin Sampaikan Akan Berdampak Negatif pada Hubungan dengan Rusia

Begitupun Ukraina yang merupakan salah satu negara penghasil gandum terbesar didunia, suplay ekspornya turut terkendala. Dampak dari penutupan empat pelabuhan yang dikuasai  Rusia.

Untuk menghambat perekonomian Ukraina. Hal tersebut beresiko terjadinya masalah pangan dunia.

Mengapa Rusia menginvasi Ukraina yang merupakan sebuah negara Berdaulat. Benarkah keinginan Ukraina bergabung NATO menjadi alasan utama Rusia memerangi Ukraina dengan Gerakan yang Putin sebut Operasi Militer Khusus?

Analisa Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Ugroseno. Dikutip portalkalteng dari kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored, menjelaskan sejarah geografis dan historis kedua negara tersebut.

Baca Juga: Rusia Keluarkan Klaim Tembak Jatuh Jet Tempur dan Kapal Serbu Ukraina, AU dan AL Kyiv Masih Eksis?

Ada 5 Hal penyebab Rusia menyerang ukraina, antara lain Visi Presiden Putin, Sejarah Rusia, Sejarah Kepemimpinan di Rusia, Miskalkulasi terhadap barat dan miskalkulasi terhadap Ukraina. Lebih lengkap Arif menjelaskan sebagai berikut:

VISI PRESIDEN PUTIN

Putin pernah membuat artikel yang beranggapan bahwa Rusia dimasa depan adalah Historic Rusia, yakni Rusia di tahun 1800an.

Dimana Ukranina, Belarusia dan Baltik adalah wilayah administrasi Rusia yang dibatasi oleh batas administrasi atau Provinsi, bukan batas kedaulatan.

Pemikiran ini bukan sesuatu yang baru sebenarnya. Setidaknya ada tiga tokoh pendahulunya yang senada dengan gagasan Putin ini.

Baca Juga: Alasan Invasi Berubah, Kini Rusia Tuduh NATO dan Ukraina Berencana Menyerang Rusia dan Krimea

Diantaranya adalah Vladislav Surkov sebagai pengusul Gerakan demokrasi berdaulat di Rusia yang beranggapan there is no Ukrain, politisi yang pernah menjabat dikantor eksekutif kepresidenan dan menjadi penasehat  pribadi Putin.

Ivan Ilyin, yang merupakan Tokoh  Rusia lainnya mengatakan bahwa rusia Rusia harus menjadi Tradisional Otokrasi, atau bahkan Kristian otoritarianisem menjadi teorinya.

Yang paling menarik adalah Alexander Dugin. Pada tahun 1997 menulis buku yang berjudul ‘The Forth Political Theory’.  menggabungkaan liberal demokrasi, marxisem dan Fasisem menjadi satu untuk melawan atlantisisem atau Amerika Serikat.

Di tahun 1997 Ia mengatakan ada tiga cara untuk melawan amerika serikat, yaitu dengan destabilisasi politik internal Amerika, mendorong UK (inggris) keluar dari EU (Uni Eropa), Aneksasi Ukraina. Ini sempat menjadi perbincangan yang berulang.

Baca Juga: Pertempuran Pulau Ular Masih Berlangsung, Kremlin Klaim Tembak Jatuh Jet Ukraina, Kyiv Hancurkan Kapal Rusia

SEJARAH RUSIA

Rusia merupakan salah satu negara dengan luasan geografis terbesar di dunia. Dari sejarah yang kita baca ada undesis mentality. Perasaan yang merasa selalu merasa terancam oleh asing.

Bila kita merunut sejarah, Rusia pernah berperang dengan Mongolia yang dipimpin Cucu Jenhiskan yakni Batu Khan (1200), Lithuania (1918-1919), Polandia (1792),swedia (1741-1743), Prancis diera Napoleon (1812), Ottoman empire (1914), Persia (1941), ), Hongaria (1956), Nazi Jerman (1943) dan  Amerika Serikat diera perang dingin.

Kondisi sejarah ini menimbulkan kesan karakter undersis mentality, selalu merasa terancam.

KEPEMIMPINAN RUSIA

Bila kita melihat sejarah kepemimpinan rusia sejak jamannya Tsar Ivan IV atau dikenal dengan Ivan ‘the terrible’ sampai saat ini kecuali jamannya Boris Yeltsin, Rusia selalu dipimpin secara otoriter, hierarkis dan kekuasaan yang ditentukan Pusat.

Baca Juga: The Defenders of Azovstal Kecewa, Komandan Marinir ke 36 Ukraina Kabur dari Posisi dan Tertangkap Rusia

MISKALKULASI TERHADAP BARAT

Mundur kebelakang di tanggal 08 Agustus 2008 saat Rusia menginvasi Georgia dan memecahnya menjadi tiga, Barat tidak banyak bereaksi .

Begitupun perang Chechen, Aneksasi Kremia ditahun 2014, bahkan penembakan MH17 oleh empat tentara Rusia diwilayah Donetsk. Semua kejadian itu tidak banyak membuat Barat bereaksi keras.

Terjadinyanya masalah internal di Amerika Pasca Kepemimpinan Donald Trump, Amerika gagal di Afganistan, EU tidak Bersatu dengan Amerika, Jerman selaku anggota EU yang dinilai memiliki dekat dengan Rusia.

Ditambah berbagai Analisa lainnya, Rusia membacanya sebagai posisi Amerika yang melemah dan Uni Eropa yang terpecah. Dikuatkan dengan respon Barat yang tidak terlalu keras saat Rusia melakukan aksi-aksi diwilayah sekitarnya.

Baca Juga: The Defenders of Azovstal Menjadi Simbol Perlawanan Ukraina di Peringatan Hari Kemenangan 9 Mei Rusia

MISKALKULASI TERHADAP UKRAINA

Rusia memprediksi dalam waktu cepat dapat menguasai Ukraina, dengan memperkirakan rakyat Ukraina akan menyambut kehadiran Rusia dengan tangan terbuka.

Semua kondisi diatas menyebabkan rasionalitas Rusia dalam menginvasi Ukraina. Namun pada kenyataannya kalkulasi yang dilakukan tidak sesuai harapan.

Pada Artikel selanjutnya akan dibahas sejarah apa yang menghubungkan Ukraina dengan Indonesia dalam Pengajuan Kemerdekaan RI di PBB.***

 

Editor: Patriano Jaya Maleh

Sumber: kemhan.go.id YouTube Akbar Faisal Uncensored


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah