Pemimpin Ekonomi Dunia Sepakati Hentikan Pendanaan Pembangkit Listrik Batu Bara di Negara Miskin

- 1 November 2021, 14:06 WIB
Presiden Joko Widodo Tiba di bandara internasional Glasgow Prestwick, Glasgow, Skotlandia, Minggu 31 Oktober 2021 malam  waktu setempat.
Presiden Joko Widodo Tiba di bandara internasional Glasgow Prestwick, Glasgow, Skotlandia, Minggu 31 Oktober 2021 malam waktu setempat. /BPMI setpres/

PORTALKALTENG - Para pemimpin ekonomi terbesar dunia pada hari Minggu 30 Oktober 2021 sepakat untuk menghentikan pendanaan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara-negara miskin.

Selain itu para pemimpin tersebut membuat komitmen yang tidak jelas yaitu mencapai netralitas karbon "pada atau sekitar pertengahan abad atau tahun 2050" .

Hal tersebut menjadi kesimpulan final mereka saat menyelesaikan pertemuan puncak G-20 Roma.

Pada KTT Roma, para pemimpin sepakat untuk “mengakhiri penyediaan keuangan publik internasional untuk pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri pada akhir 2021.” 

Baca Juga: Mau Melakukan Perjalanan? Simak Aturan Baru dari Kementerian Perhubungan

Negara-negara Barat telah menjauh dari pembiayaan semacam itu dan ekonomi utama Asia mengikutinya.

Presiden China Xi Jinping mengumumkan di Majelis Umum PBB bulan lalu bahwa Beijing akan berhenti mendanai proyek-proyek semacam itu.

Sedangkan Jepang serta Korea Selatan membuat komitmen serupa di awal tahun.

Namun, China belum menetapkan tanggal akhir untuk membangun pembangkit listrik batu bara di dalam negeri.

Baca Juga: Cuitan Tentang Kerugian Garuda Indonesia Kembali Muncul, Kali ini dari Seorang Anggota BPK

Batubara masih menjadi sumber utama pembangkit listrik China, dan baik China maupun India telah menolak proposal untuk deklarasi G-20 tentang penghentian konsumsi batubara domestik secara bertahap.

Usai KTT G 20 dilanjutkan acara yang lebih besar selama dua minggu yaitu United Nations climate conference di Glasgow, Scotland.

Sementara itu Perdana Menteri Italia Mario Draghi dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan pertemuan G-20 sebagai sukses.

Baca Juga: Mengenal Sejumlah Aplikasi Remote Access yang Sedang Ramai DIperbincangkan

Namun dari sisi para aktivis iklim hasilnya mengecewakan, begitu pula dimata Sekretaris Jenderal PBB dan Perdana Menteri Inggris.

Inggris yang akan menjadi tuan rumah konferensi Glasgow tengah mencari target yang lebih ambisius dibandingkan hasil pertemuan dan komitmen negara G-20.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut komitmen G-20 hanya "tetesan di lautan yang memanas dengan cepat."

Baca Juga: Jamuan Makan Malam Cairkan Suasana The Hermansyah dan The Lemos

“Sementara saya menyambut komitmen ulang negara G-20 untuk solusi global, saya meninggalkan Roma dengan harapan saya yang tidak terpenuhi – tetapi setidaknya harapan itu tidak terkubur,” ungkap Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam kicauannya di media twitter. “Selanjutnya ke #COP26 di Glasgow.” tulisnya.

Negara-negara G-20 mewakili lebih dari tiga perempat dari emisi gas rumah kaca dunia, dan Inggris telah berharap untuk "memantulkan G-20" ke pertemuan Glasgow COP26.

Para pemerhati lingkungan dan ilmuwan menggambarkan konferensi PBB sebagai “harapan terbaik terakhir” dunia untuk menetapkan komitmen untuk membatasi kenaikan suhu global.

Baca Juga: Langgar Aturan Imigrasi, Dua WNA Dideportasi usai Jalani Masa Tahanan Selama 8 Bulan

Pada pertemuan G-20 masih terlihat perpecahan yang masih ada antara negara-negara Barat yang paling mencemari planet ini secara historis. tetapi sekarang mengalami penurunan emisi.

Sedangkan di  negara-negara berkembang yang dipimpin oleh China yang emisinya meningkat seiring pertumbuhan ekonomi mereka. 

Inggris mendorong komitmen untuk mencapai netralitas iklim atau emisi nol bersih, yang berarti keseimbangan antara gas rumah kaca yang ditambahkan dan dihilangkan dari atmosfer, pada tahun 2050. 

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menetapkan 2050 sebagai tenggat waktu mereka sendiri untuk mencapai emisi nol bersih. Sementara China, Rusia, dan Arab Saudi menargetkan 2060.***

Editor: Patriano Jaya Maleh

Sumber: AP News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah