Krisis Iklim: PBB Akui 8 Tahun Terakhir Bumi Makin Panas, Bahaya Menanti

7 November 2022, 15:58 WIB
Krisis iklim terjadi, bahaya menanti. /In These Times

PORTAL KALTENG – Delapan tahun terakhir menjadi tahun-tahun terpanas yang pernah tercatat, menunjukkan bahwa dunia tengah mengalami krisis iklim yang serius, berikut seperti ditulis oleh sebuah laporan PBB baru-baru ini.

Batas 1,5C yang disepakati secara internasional untuk pemanasan global sekarang "nyaris tidak terjangkau", menurut laporan tersebut.

Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menetapkan bagaimana rekor gas rumah kaca yang tinggi di atmosfer telah mendorong permukaan air laut dan es mencair ke titik baru dan menyebabkan peningkatan cuaca ekstrem dari Pakistan ke Puerto Rico.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 8 November 2022, Simak Keistimewaannya

Baca Juga: Tiga Petugas Damkar Tewas Akibat Crane Roboh di Qatar, Petugas: Tak Ada Kaitan dengan Persiapan Piala Dunia

Catatan mencengangkan ini dipublikasikan pada hari pembukaan KTT iklim Cop27 PBB di Mesir. Sekretaris jenderal PBB memperingatkan bahwa "bumi hampir mencapai titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tak dapat diubah".

WMO memperkirakan bahwa suhu rata-rata global pada tahun 2022 akan berada sekitar 1,15C di atas rata-rata pra-industri (1850-1900), yang berarti setiap tahunnya sejak 2016, suhu telah memanas.

Selama dua tahun terakhir, La Niña sebenarnya telah menjaga suhu global lebih rendah daripada yang seharusnya. Namun El Niño akan membuat suhu melonjak lebih tinggi di masa depan.

Baca Juga: Perahu Pengangkut Imigran Tenggelam di Yunani: 34 Orang Hilang, 22 Tewas

Laporan WMO mengatakan bahwa:

  • Karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida memiliki “rekor baru” di atmosfer karena emisi terus berlanjut. Peningkatan tahunan metana adalah yang tertinggi dalam catatan.
  • Permukaan air laut sekarang naik dua kali lebih cepat dari 30 tahun yang lalu dan lautan lebih panas dari sebelumnya.
  • Rekor pencairan gletser di Pegunungan Alpen pecah pada tahun 2022, dengan rata-rata ketinggian 4 meter hilang.
  • Hujan bukan salju terjadi di puncak lapisan es Greenland setinggi 3.200 m untuk pertama kalinya.
  • Area es laut Antartika turun ke level terendah dalam catatan, hampir 1 km2 di bawah rata-rata jangka panjang.

"Semakin besar pemanasan, semakin buruk dampaknya," kata Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Petteri Taalas.

António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, menambahkan: "Emisi masih tumbuh pada tingkat rekor. Itu berarti bumi hampir mencapai titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat diubah."

Baca Juga: Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda, Inilah Beberapa Fakta Unik Arak Bali

Meningkatnya pemanasan global membuat cuaca ekstrem menjadi lebih parah dan lebih sering terjadi di seluruh dunia.

Laporan WMO menyoroti kekeringan di Afrika timur saat curah hujan berada di bawah rata-rata selama empat musim berturut-turut, terpanjang dalam 40 tahun. Sekitar 19 juta orang kini menderita krisis pangan.

Analisis WMO juga melaporkan bahwa:

  • Banjir dahsyat menerjang Pakistan dengan sedikitnya 1.700 orang meninggal dan 7,9 juta orang mengungsi.
  • Serangkaian siklon (puting beliung) menghantam Afrika bagian selatan dan yang paling parah menghantam Madagaskar dengan hujan lebat.
  • Gelombang panas dan kekeringan yang luar biasa terjadi di belahan bumi utara, dengan Tiongkok mengalami gelombang panas terpanjang dalam catatan, Inggris melewati suhu 40°C untuk pertama kalinya, dan sungai-sungai di Eropa termasuk Sunagi Rhine, Loire, dan Danube jatuh ke tingkat yang sangat rendah.
  • Badai Ian menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa di Kuba dan Florida, Amerika Serikat.
Editor: Reni Nurari

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler