Gelombang Demonstrasi di Iran Memanas, 166 Orang Dewasa dan 19 Anak-anak Meninggal Dunia

12 Oktober 2022, 15:38 WIB
Protes pasca kematian Mahsa Amini di Iran. /Stephanie Keith, Reuters

PORTAL KALTENG – Setidaknya sebanyak 185 orang, antara lain 166 orang dewasa dan 19 anak-anak, telah terbunuh dalam Demonstrasi yang terjadi di seluruh Iran sejak pertengahan September.

Hal tersebut dilaporkan oleh sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Oslo yang melacak penumpasan negara terhadap para demonstran.

Protes meletus mulai tanggal 17 September pasca penguburan Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi moral Iran.

Baca juga: Kisah Bocah 3 Tahun yang Selamat dari Pembantaian di Thailand karena Tertidur

Baca juga: Ukraina Kembali Terima 4 Unit HIMARS dari Amerika Serikat untuk Perangi Rusia dari Jarak Jauh

Amini ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian dalam Islam yang ketat bagi perempuan.

Sejak saat itu, demonstrasi atau protes telah menyebar ke seluruh negeri dan disambut oleh tindakan keras, di mana puluhan orang diperkirakan telah terbunuh dan ratusan orang ditangkap.

Gelombang protes ini menjadi yang paling berkelanjutan di Iran dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tampaknya menjadi tantangan serius bagi para pemimpin teokratis negara tersebut.

Baca juga: GPS Salah Berikan Petunjuk Jalan, Pria AS Tewas dalam Kecelakaan Mengerikan

Sebanyak 185 orang termasuk setidaknya 19 anak-anak telah tewas dalam protes nasional di seluruh Iran. Jumlah pembunuhan tertinggi terjadi di provinsi Sistan dan Baluchistan dengan separuh dari jumlah yang tercatat.

Sekitar 20 anggota berbagai pasukan keamanan dan kelompok bersenjata Iran juga tewas dalam jangka waktu tersebut.

Pada hari Minggu, 9 Oktober 2022, berbagai video di media sosial Iran menunjukkan para mahasiswa melakukan protes di kampus Universitas al-Zahra di Teheran, sehari setelah mereka meneriakkan yel-yel menentang presiden Iran selama kunjungan di sana.

Baca juga: Mimpi Buruk Angkatan Udara Rusia, Amerika Serikat Siapkan Dukungan Anti Serangan Udara Tercanggih ke Ukraina

Mengutip laporan media sosial dari dalam Iran yang ditulis oleh The Guardian, beberapa anak sekolah juga ditangkap di lingkungan sekolah mereka pada hari Minggu.

Rekaman video yang dirujuk oleh The Guardian dan Reuters menunjukkan ratusan siswi SMA dan mahasiswa tengah berpartisipasi dalam sebuah unjuk rasa ketika pasukan keamanan menggunakan gas air mata, pentungan, dan peluru tajam.

Protes sebelumnya meletus di berbagai kota di seluruh Iran pada hari Sabtu. Di pasar Teheran yang secara tradisional merupakan benteng penguasa Iran, kerumunan massa membakar sebuah kios polisi.

Baca juga: Masalah Rumah Tangga Jadi Motif Pelaku Lakukan Penembakan Massal di Thailand

Malam harinya, pawai anti-pemerintah menarik kerumunan besar di daerah Naziabad pusat ibu kota. Di hari yang sama, sejumlah hacker mengganggu program berita terkemuka Iran dengan pesan yang mendukung protes anti-rezim.

Sebuah kelompok hacker bernama Edalat-e Ali mengaku bertanggung jawab atas gangguan tersebut. Sebelumnya, mereka telah meretas laman lembaga penyiaran Iran dan menunggah pesan oposisi di laman tersebut pada awal tahun ini.

Sementara itu, para pejabat Iran telah menggunakan media negara untuk menyalahkan kerusuhan pada kekuatan asing.

Pemimpin Iran, Ali Khamenei, mengatakan pada pekan lalu bahwa kerusuhan dan ketidakpastian yang terjadi di negaranya dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis.

Protes atas kematian Mahsa Amini juga telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengeluhkan berbagai isu di Iran, termasuk lonjakan harga di negara itu, pengangguran yang tinggi, pembatasan sosial, dan penindasan politik.

Demonstrasi hingga kini terus berlanjut di Teheran dan provinsi-provinsi yang jauh, bahkan saat pihak berwenang telah membatasi akses internet ke dunia luar dan memblokir media sosial.***

 

Editor: Reni Nurari

Sumber: Times of Israel

Tags

Terkini

Terpopuler