Masih Banyak Awak Cockpit Cinta Garuda Namun Sayang Mereka Silent Majority : Peter Gontha

29 Oktober 2021, 12:13 WIB
Pesawat Garuda Indonesia. /Pixabay/Fariz Priandana

PORTALKALTENG - Mantan Komisaris Garuda IndonesiaPeter Gontha mengungkapkan sejumlah masalah di dalam maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia tersebut.

Dikabarkan sebelumnya, Garuda Indonesia diketahui terjerat utang yang mencapai Rp70 triliun.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun telah menolak upaya penyelamatan dengan suntikan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN).

Menurut perwakilan dari Kementerian BUMN, jika PMN diberikan maka akan sangat banyak kebutuhan anggaran untuk Garuda Indonesia.

Baca Juga: Mengintip Web Paviliun Indonesia pada Expo Dubai 2021

Oleh karena itu, Kementerian yang dipimpin Erick Thohir tersebut memfokuskan usaha penyelamatan krisis Garuda lewat negosasi dengan para lessor terkait utang dalam menyewa pesawat.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga juga menyebut bahwa sejak dahulu, manajemen Garuda dinilai tidak beres dalam hal penyewaan pesawat.

Menjadi pertannyana mengapa harga yang dipatok Lessor ke Garuda tercatat paling tinggi di dunia, yakni mencapai 60 persen yang akhirnya membebani kinerja keuangan perseroan.

Baca Juga: CePAD Produk Unggulan Karya Anak Bangsa pada Dubai Expo 2021

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Peter Gontha selaku sosok yang turut menyaksikan 'kekacauan' di dalam Garuda Indonesia.

Dia juga mengungkapan bagaimana dirinya dituduh memperlambat atau mempersulit pencairan PMN untuk Garuda Indonesia.

"Pada tanggal 27 Desember 2020 yang lalu, pada waktu saya tengah berlibur di Bali, saya dituduh memperlambat atau mempersulit pencairan uang PMN (penyertaan modal negara) pada Garuda," tutur Peter Gontha, Kamis, 28 Oktober 2021, dikutip PortalKalteng dari Pikiran-Rakyat.com.

Baca Juga: Pengaruhi Kinerja, Pesan Kapolri : Jaga Emosi Jangan Terpancing

Secara terbuka Peter menyebut pernah dipaksa untuk menyetujui penarikan PNM sebesar Rp1 triliun, dari total Rp7 triliun yang dijanjikan.

"Saya dipaksa menyetujui penarikan Rp1 triliun dari Rp7 triliun yang dijanjikan. Saya akhirnya tandatangan, tetapi saya tahu itu sama dengan buang garam di laut," ujar Peter Gontha.

Sejak awal tahun 2020 lalu, dia menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Garuda Indonesia adalah negosiasi dengan lessor asing.

Baca Juga: Anak Benua Tujuan Ekspor Terbesar Ketiga untuk Produk Rempah Indonesia

"Sejak Februari 2020, saya sudah katakan satu-satunya jalan adalan NEGO dengan para lessor asing yang semena-mena memberi kredit pada Garuda selama 2012-2016 yang juga saya tentang," kata Peter Gontha.

"Direksi tidak ada yang mau mendengar, DATA JEJAK DIGITALNYA ada pada saya, di situ pun saya dimusuhi," ujar Peter Gontha.

Oleh karena itu, dia meminta untuk berhenti dari jabatannya sebagai salah satu petinggi di Garuda Indonesia, karena dianggap selalu menghambat dan terlalu keras.

Baca Juga: Molis Booth Besutan PT PLN Siap Jajal Jalanan di Indonesia

"Saya minta berhenti bulan Februari 2021 karena saya tidak ada guna, saya di garuda dan masih digaji terus dan dianggap selalu menghambat dan terlalu keras. Sekarang kita harus tanggung kebodohan-kebodohan itu," kata Peter Gontha.

Dia juga menyebutkan bahwa tulisannya ini akan menjadikan dirinya tambah dibenci di kalangan 'mereka', tetapi dia tidak peduli karena Menteri Keuangan dan Presiden memiliki pendapat yang sama dengannya.

"Dan tulisan ini akan menjadikan saya tambah dibenci di kalangan 'MEREKA', tapi untung ibu SMI (Sri Mulyani Indrawati) dan Presiden mengatakan yang sama, kasih uang PMN ke Garuda sama dengan buang garam ke laut. Saya menulis status ini dengan tanggung jawab di saya yang sebesar-besarnya," tutur Peter Gontha.

Baca Juga: Mi Instan dan Rempah Indonesia Mulai Rambah Pasar Amerika Utara

Usai membongkar berbagai isu dan masalah di dalam tubuh Garuda Indonesia, Peter Gotha menutup tulisannya dengan pernyataan akhir. 

"Ini akan jadi status dan tulisan terachir saya mengenai group Garuda. Ternyata masih banyak awak Cockpit Garuda dan Citilink yg mempunyai hati Nurani cinta Garuda. Tapi sayang mereka adalah MAJORITAS YG MEMILIH DIAM, the SILENT MAJORITY. Terutama pilot2 citilink yg tidak mau bergabung dlm keonaran. Pada waktu pesawat A330 dari Garuda pindah operasi ke Citilink saja, banyak pilot Citink dipersulit latihannya di Garuda. Tidak percaya? Cek sendiri saja!" tutupnya. Dikutip PortalKalteng dari akun Instagram @petergontha.***

Artikel ini sudah ditayangakan di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Bongkar 'Borok di dalam Garuda Indonesia, Peter Gotha : Data Jejak Digitalnya Ada pada Saya

Editor: Patriano Jaya Maleh

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler