Sejak pasukan Rusia menghadapi kemunduran di medan perang pada bulan September, Putin telah mengintensifkan perang.
Baca Juga: Stray Kids, BTS, NCT 127, dan TWICE Raih Posisi Teratas di Billboard World Albums Chart
Bulan lalu, ia memerintahkan pemanggilan ratusan ribu cadangan, mengumumkan aneksasi wilayah yang diduduki Rusia dan berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melindungi Rusia.
Bulan ini, ia memulai kampanye serangan menggunakan rudal dan drones untuk melumpuhkan pasokan listrik Ukraina menjelang musim dingin, menghantam setidaknya setengah dari kapasitas pembangkit listrik tenaga panas Ukraina.
Moskow pun mengakui soal target mereka akan infrastruktur energi, namun menyangkal bahwa mereka juga menargetkan warga sipil. Tujuan dari "operasi militer khusus" mereka adalah untuk menurunkan militer Ukraina.
Baca Juga: Lee Jung Jae dan Im Siwan Menangkan Penghargaan London East Asia Film Festival
Sejak Kamis, Ukraina telah menyerukan pengurangan konsumsi listrik dan melakukan beberapa pemadaman listrik. Menurut pihak berwenang, hal itu diperlukan untuk memperbaiki pembangkit listrik yang rusak karena serangan.
Inggris, Prancis, dan Jerman telah menyerukan penyelidikan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas tuduhan bahwa Rusia menggunakan drone asal Iran dalam serangan, yang diduga melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sehari sebelumnya, AS mengatakan bahwa pasukan Iran berada di Krimea dan telah membantu menerbangkan drone. Pihak Iran sendiri membantah tuduhan tersebut, meskipun beberapa drone yang jatuh dan diidentifikasi telah diketahui jelas asal usulnya.