Pada Rabu waktu setempat, militer Korea Utara pertama kali melaporkan peluncuran rudal Korea Utara tersebut, hal itu terjadi sejak Oktober tahun lalu.
Seoul sejak itu mendesak Korea Utara untuk "dengan tulus menanggapi upaya kami untuk menciptakan perdamaian dan kerja sama melalui dialog."
Sementara itu, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in hadir untuk acara peletakan batu pertama jalur kereta api melalui kota perbatasan Goseong, bagian dari upaya untuk menghubungkan kembali transit antara kedua tetangga.
Departemen Luar Negeri AS mengutuk uji coba rudal itu sebagai "pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB" dan "ancaman bagi tetangga DPRK dan masyarakat internasional."
Komando Indo-Pasifik Washington, sebelumnya mengakui bahwa, "Peristiwa ini tidak menimbulkan ancaman langsung bagi personel atau wilayah AS, atau sekutu kami."
Meskipun masih mengecam peluncuran karena memiliki dampak destabilisasi di wilayah tersebut.
Pyongyang pertama kali mengklaim memiliki senjata hipersonik rudal Hwasong-8 menyusul tes lain September lalu.
Baca Juga: Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin Akan Adakan Resepsi Pernikahan Selama 2 Hari di Palangkaraya
Namun, para pejabat militer di Seoul mengatakan bahwa amunisi tersebut tampaknya masih dalam tahap awal pengembangan pada saat itu.
Meskipun Korea Utara telah menahan diri dari uji coba rudal jarak jauh dan senjata nuklir sejak 2017, uji coba amunisi jarak pendek dan menengahnya sering mendapat kecaman dari AS, yang mempertahankan kehadiran sekitar 30.000 tentara di Korea Selatan.***(Rinrin Rindawati/PikiranRakyat)