Cegah Bencana Besar, Ukraina Desak Barat Turut Peringatkan Rusia Agar Tak Ledakkan Bendungan

22 Oktober 2022, 06:23 WIB
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, di Kiev, Ukraina, 24 Februari 2022. /Ukrainian Presidential Press Service/Reuters

PORTAL KALTENG – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, meminta bantuan negara-negara Barat untuk mendesak Rusia agar tidak meledakkan bendungan Nova Kakhovka karena hal itu berpotensi menyebabkan banjir besar di wilayah Ukraina selatan.

Dalam sebuah pidato televisi, Zelenskiy yakin bahwa pasukan Rusia telah menanam bahan peledak di dalam bendungan Nova Kakhovka dan berencana untuk meledakkannya.

"Kini semua orang di dunia harus bertindak dengan segera untuk mencegah serangan teroris Rusia yang baru. Menghancurkan bendungan itu akan menyebabkan bencana dalam skala besar," katanya.

Baca Juga: Presiden Ukraina Puji Kinerja Sistem Anti Serangan Udara IRIS T Jerman yang Tangkis Serangan Rusia

Baca Juga: Ukraina Sebut Jepang Akan Bantu Perbaikan dan Peralatan di Infrastruktur Energi Penting yang Diserang Rusia

Rusia menuduh Kiev akan menghancurkan bendungan tersebut, sementara Ukraina melihat bahwa Moskow sendiri yang kemungkinan akan meledakkan bendungan itu dan menyalahkan Kiev.

Meledaknya bendungan itu bisa membuat air membanjiri pemukiman di bawah Dnipro menuju Kherson, yang dilihat pasukan Ukraina sebagai celah untuk merebut kembali kota tersebut.

Bencana itu juga akan merusak sistem kanal yang mengairi sebagian besar wilayah selatan Ukraina, termasuk Krimea, yang direbut Moskow pada tahun 2014.

Baca Juga: Permintaan China Berkurang, Harga Minyak Asia Melemah

Peringatan ini mengingatkan kita pada bencana Perang Dunia II di bendungan besar lainnya di hulu sungai, yang menurut sejarawan Ukraina didalangi oleh para penyadap Soviet saat pasukan mereka mundur, menyebabkan banjir besar yang menewaskan ribuan orang.

Zelenskiy menegaskan bahwa meledakkan bendungan Nova Kakhovka sama halnya dengan menggunakan senjata pemusnah massal, dan konsekuensi yang akan diterima Rusia sama dengan jika mereka menggunakan senjata nuklir atau kimia.

Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama delapan bulan ini akan mencapai titik terpentingnya saat pasukan Ukraina bergerak maju di dekat bendungan Nova Kakhovka, bertujuan untuk merebut kembali Kherson dan mengepung ribuan pasukan Rusia.

Baca Juga: Seolhyun Dikabarkan Tinggalkan FNC Entertainment dan Pindah ke Agensi Jun Ji Hyun IEUM HASHTAG

Ukraina telah memberlakukan pemadaman informasi dari front Kherson, tetapi komandan Rusia, Jenderal Sergei Surovikin, menyatakan bahwa minggu ini situasi di Kherson sudah semakin sulit.

Kremlin sendiri kukuh menghindari pertanyaan mengenai apakah Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan Rusia untuk mundur dari Kherson.

Di sisi lain, staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan bahwa sekitar 2.000 pasukan Rusia yang baru dimobilisasi telah tiba di Kherson untuk “mengisi kembali” kerugian dan memperkuat unit.

Baca Juga: Im Siwan dan Seolhyun Menguji Chemistry Mereka di Pembacaan Naskah Drama 'I Don’t Feel Like Doing Anything'

Para pejabat pendudukan yang dilantik Rusia sendiri telah mengevakuasi puluhan ribu warga sipil di seberang sungai dari kota-kota di tepi barat. Mereka menuduh Kiev menembaki sebuah kapal feri dan menewaskan sedikitnya empat warga sipil.

Beberapa pengungsi dari Kherson tiba pada hari Jumat di kota Dzhankoi, Krimea utara. Seorang sumber mengatakan bahwa kota itu tengah berada di bawah penembakan besar-besaran.

Sejak pasukan Rusia menghadapi kemunduran di medan perang pada bulan September, Putin telah mengintensifkan perang.

Baca Juga: Stray Kids, BTS, NCT 127, dan TWICE Raih Posisi Teratas di Billboard World Albums Chart

Bulan lalu, ia memerintahkan pemanggilan ratusan ribu cadangan, mengumumkan aneksasi wilayah yang diduduki Rusia dan berulang kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melindungi Rusia.

Bulan ini, ia memulai kampanye serangan menggunakan rudal dan drones untuk melumpuhkan pasokan listrik Ukraina menjelang musim dingin, menghantam setidaknya setengah dari kapasitas pembangkit listrik tenaga panas Ukraina.

Moskow pun mengakui soal target mereka akan infrastruktur energi, namun menyangkal bahwa mereka juga menargetkan warga sipil. Tujuan dari "operasi militer khusus" mereka adalah untuk menurunkan militer Ukraina.

Baca Juga: Lee Jung Jae dan Im Siwan Menangkan Penghargaan London East Asia Film Festival

Sejak Kamis, Ukraina telah menyerukan pengurangan konsumsi listrik dan melakukan beberapa pemadaman listrik. Menurut pihak berwenang, hal itu diperlukan untuk memperbaiki pembangkit listrik yang rusak karena serangan.

Inggris, Prancis, dan Jerman telah menyerukan penyelidikan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas tuduhan bahwa Rusia menggunakan drone asal Iran dalam serangan, yang diduga melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Sehari sebelumnya, AS mengatakan bahwa pasukan Iran berada di Krimea dan telah membantu menerbangkan drone. Pihak Iran sendiri membantah tuduhan tersebut, meskipun beberapa drone yang jatuh dan diidentifikasi telah diketahui jelas asal usulnya.

Editor: Reni Nurari

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler