Ingin Berkunjung ke Kalimantan, Simak Sejumlah Pantangan Sebelum Menjelajah

- 2 November 2021, 10:29 WIB
Kaharingan burial site... Kaharingan is the oldest religion in Kalimantan
Kaharingan burial site... Kaharingan is the oldest religion in Kalimantan /e.borneoland

PORTALKALTENG - Ingin berjalan-jalan ke Kalimantan atau yang dahulu dikenal dengan nama Borneo, kenali dulu adat istiadatnya agar tidak menjadi masalah saat masuk ke pedalaman kalimantan.

Sejak dahulu para explorer atau penjelajah selalu menuliskan pengalaman mereka saat berpergian ke tempat yang tidak pernah dikunjungi.

Sebut saja ekspedisi Sir Alfred Walace di tahun 1894 dan 1896 ke pedalaman borneo atau kalimantan.

Carl Alfred Bock, naturalis dan pelancong kelahiran Kopenhagen, Denmark pada tahun 1879 yang menulis buku berjudul The Head Hunters of Borneo.

10Baca Juga: Wadian Dadas salah satu warisan budaya takbenda suku dayak maanyan

Terbit pada tahun 1881, lengkap dengan 37 litografi dan ilustrasi.  Beberapa petualang, seperti Alexander Hare di Banjarmasin (1812), James Erskine Murray di Kutai (1844), James Brooke (1842) dan Robert Burns (1848) di Sarawak.

Ada pula penjelajah seperti Miiller (1825) dan Dalton (1828), dilanjutkan Schwaner di Barito, van Lijnden, Veth, dan von Kessel di Kapuas, Weddik di Mahakam.

Pada  pada perempat akhir abad ke-19 ekspedisi dilanjutkan dengan tujuan wilayah-wilayah yang sampai saat itu masih merupakan “daerah putih di peta”.

Daerah Rejang Hulu (Hugh Low, di tahun 1880-an), Baram Hulu (Charles Hose, antara 1884 dan 1907), Mahakam (Tramp, di tahun 1880-an), dan Kapuas Hulu (Nieuwenhuis, mulai 1893 dan seterusnya).

liaBaca Juga: Explore Barito Timur, Disbudparpora Bartim Tracking ke Liang Tengkorak

Di akhir abad ke 19 ekspedisi pun masih berlanjut, Knappert di kawasan Mahakam, Enthoven di Kapuas Hulu, Stolk di Sungai Busang, van Walchren di Apokayan—dan seterusnya sehingga, di tahun 1930-an.

Namun semua yang ditulis dan di gambarkan para penjelajah saat itu sudah lebih dari 100 tahun lalu.

Pertanyaannya apakan pandangan masyarakat serta kebiasaan masyarakat di kalimantan masih tetap sama hingga saat ini?

Mari melihat kembali ke belakang, di tahun 1894 diadakan Pertemuan Tumbang Anoi yang dihadiri oleh pemuka-pemuka adat dan masyarakat Dayak seluruh Pulau Borneo.

Baca Juga: 10 Perusahaan Besar yang Mengganti Namanya Sebelum Facebook menjadi Meta

Pada pertemuan ini menghasilkan sejumlah kesepakatan seperti :

1. Menghentikan kebiasaan perang antar suku dan antar desa

2. Menghentikan kebiasaan balas dendam antar keluarga

3. Menghentikan kebiasaan adat mengayau

Kebiasaan-kebiasaan tersebut dipandang sebagai tindakan tidak beradab dan “hukum rimba” dengan kata lain kebiasaan-kebiasaan primitif.

Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di Kalimantan sudah tidak lagi mempraktekan kebiasaan lama tersebut.

Baca Juga: 10 Pasangan yang Membuatmu Percaya akan Cinta Sejati

Namun selain kebiasaan tersebut masih ada yang perlu diketahui saat melakukan perjalanan ke Kalimantan utamanya ke wilayah pedalaman seperti :

1. Jika anda ditawari makan, tapi anda tidak makan, maka ketika anda hendak pergi harus posek (bahasa kalbar), sipulun bahasa dayak ngaju dan berbagai nama sesuai bahasa suku masing masing.

Sipulun atau posek itu sendiri adalah menyentuh makanan yang ditawarkan pada kita. jika tidak melakukan hal itu maka anda kemungkinan akan mengalami kecelakaan.

Jenis makanan yang biasanya cukup berisiko ditolak yaitu  tawaran kopi atau teh, nasi goreng dan nasi ketan.

Baca Juga: 5 Tip Atasi Handphone Lemot, Salah Satu Hal Ini Membuat Performa HP Anda Lebih Ringan!

2. Tidak boleh bersiul di malam hari, hal ini akan mengundang mahluk halus.

3. Jika berkemah atau bermalam dihutan sebaiknya tidak membakar ikan, udang, terasi. hal ini akan juga akan mengundang mahluk halus.

4. Jika anda menendarai motor, kalau anda melintasi jembatan atau tikungan yang rawan anda harus membunyikan klakson. hal itu untuk meminta permisi pada penunggu jembatan. sebab pembangunan jembatan biasanya selalu ada ritual.

5. Jika anda bertamu mengunakan baju kemeja. jangan membuka kancing kemeja anda lebih dari 1 kancing paling atas. hal ini akan memberi anggapan pada masyarakat kalau anda menantang penduduk setempat.

Baca Juga: 5 Tip Hemat Pengeluaran Uang di Masa Pandemi Ala Financial Times, Yuk Terapkan Sekarang

6. Jika anda makan dirumah masyarakat pedalaman jangan anda mengatakan kurang garam, atau jangan minta cabe.

Jika itu anda lakukan maka yang akan diberikan pada anda adalah ilmu santet karna anda di anggap meminta hal-hal yang menantang.

7. Jika anda melihat buaya, jangan sekali-kali membunuhnya, karna anda akan diintai oleh buaya setiap kali anda melewati sungai.

8. Jika anda kesasar jangan bertanya pada anak kecil. karna anda akan di anggap Kruit (bahasa sintang), kruit  sebutan untuk penculik anak-anak.

Baca Juga: Mengintip Sejarah Hari Vegetarian Dunia yang Diperingati setiap 1 November

9. Jangan membakar terong terkhusus  di daerah Paser, Kalimantan Timur, ada larangan yang menjadi mitos masyarakat setempat yaitu dilarang membakar terong.

Jika melanggar pantangan ini maka kita akan menderita bisul yang lama kelamaan menjadi sebesar terong.

10 Jangan membakar ikan saluan, udang, terasi saat berada di dalam hutan karena aromanya disukai oleh mahluk halus.

11 Jangan membawa telur ayam kampung atau minum minuman keras saat masuk ke hutan karena bisa mendatangkan gangguan makhluk halus.

Baca Juga: No Nut November, Tantangan yang Viral di Media Sosial Sepanjang Bulan November

12. Jika sedang makan malam, jangan sampai piring makanan ketutup bayangan badan. Karena itu bisa membuat celaka pada keesokan harinya.

13. Saat telungkup, pamali jika menekukkan kedua kaki ke atas, katanya bisa membuat cepat menjadi anak yatim piatu.

14. Jangan membuang tulang ikan/ daging sisa makanan malam hari, bisa kedatangan mahluk halus.

15. Pantang membeli atau menjual jarum di malam hari karena bisa membawa sial.

16. Jika bepergian menggunakan jalur sungai, pamali membawa telur dan ketan, karena bisa didatangi oleh buaya penunggu sungai.

Baca Juga: Mau Melakukan Perjalanan? Simak Aturan Baru dari Kementerian Perhubungan

17. Jangan Kencing Sembarangan, saat masuk ke dalam hutan di Kalimantan sebaiknya jangan kencing sembarangan terutama mengencingi pohon besar.

18. Jangan Menjawab atau Menegur Jika Mendengar Suara Aneh

Saat masuk hutan di Kalimantan, apabila ada suara yang memanggil-manggil nama anda jangan dijawab atau disahuti atau anda mendengar suara-suara aneh lainnya sebaiknya jangan dihiraukan.

19. Jangan Menghina Patung Kayu di Kalimantan, jika kamu perhatikan, di Kalimantan banyak rumah-rumah adat yang di depannya terdapat patung-patung kayu.

Konon, ini bukanlah patung biasa melainkan sebagai simbol orang-orang yang sudah meninggal.

Aturan yang ada tentang patung kayu ini adalah jangan pernah menghina bentuknya, sekalipun dalam hati.

Baca Juga: Kongres Pemuda II, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Pemuda Kalimantan Dimana?

Ada banyak kejadian orang-orang yang menghina patung-patung ini dan kemudian diganggu oleh makhluk-makhluk halus.

20. Pantang membawa makanan yang dimasak dari rumah jika melakukan perjalanan darat, katanya akan diikuti oleh hantu/ setan selama perjalanan.

21. Kalau masuk hutan saat menemui jalan bercabang, satu ke kanan, satu ke kiri, pilihlah jalur sebelah kanan.

Konon katanya jika memilih jalan sebelah kiri maka akan menemukan banyak kesulitan salah satunya tersesat di alam gaib dan mungkin tidak bisa kembali lagi.

Baca Juga: 5 Olahraga Tradisional yang Diperlombakan pada Potradnas 2021

22. Jaga kesopanan, saat memasuki tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang atau berteduh dibawah pohon atau rumah kosong, sebaiknya anda ijin terlebih dahulu meskipun ditempat itu tidak ada seorang pun.

Masih banyak lagi larangan dan pantangan saat mengunjungi pulau kalimantan, karena setiap suku dan daerah memiliki adat istiadat yang berbeda.

Ada pepatah mengatakan "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", "dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung" masih sangat relefan diterapkan saat ini.

Ada baiknya sebelum melakukan sesuatu bertanyalah kepada orang lokal agar terhindar dari marabahaya, serta berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.***

Editor: Patriano Jaya Maleh

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah