Permintaan Epidemologi FKUI Pandu Rino, Lebih Baik Pemerintah Hentikan PPKM

23 Mei 2022, 13:03 WIB
Perkembangan covid-19 yang semakin tidak terlihat dampaknya yang signifikan, membuat banyak pihak yang bertanya kapan berakhirnya pandemic ini. /pixabay/Crissa

PORTALKALTENG – Perkembangan covid-19 yang semakin tidak terlihat dampaknya yang signifikan, membuat banyak pihak yang bertanya kapan berakhirnya pandemi ini.

Disadur dari berita antara, 22 Mei 2022. Pandu Riono, seorang Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mendorong pemerintah mengakhiri kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Perbaikan ekonomi yang sedang dibangun perlu dibarengi dengan tindakan kongkrit berupa omi di tengah situasi pandemi yang kian terkendali perlu dibarengi dengan keputusan pemerintah mengakhiri PPKM.

Pandu Riono yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu siang mengatakan, "Harapannya, kita seharusnya kalau mau dilonggarkan, bukannya masker. PPKM-nya yang dihentikan, sebab ekonomi melemah karena PPKM.

Baca Juga: Anis Baswedan Kenang Sosok Fahmi Idris : Sangat Mencintai Indonesia

Berlarut-larutnya kebijakan PPKM membuat sebagian masyarakat merasa kebingungan terkait informasi perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia, dan memberi dampak kurang baik dalam menjalankan aktivitas pekerjaan.

"Kalau bicara ekonomi, harusnya PPKM dicabut. Jadi masyarakat bisa bergerak seperti biasa, beraktivitas secara tenang, mau ngantor, kerja pabrik juga penuh, tapi tetap pakai masker dan juga vaksinasi booster," katanya.

Lebih lanjut Pandu menjelaskan mendorong PPKM dihentikan, sebab laporan survei terakhir sebelum Lebaran 2022, di Jawa-Bali terjadi jumlah peningkatan yang signifikan. Masyarakat yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 penyebab COVID-19 sebesar 99,2 persen.

Kebiasaan bermasker dan vaksinasi booster merupakan kombinasi ideal dalam mengantisipasi risiko penularan COVID-19. Sekalipun kondisi covid semakin terkendali.

Edukasi pada masyarakat Indonesia masih diperlukan. Penggunaan masker bisa disosialisasikan dengan apresiasi dan sanksi yang diberlakukan pemerintah.

"Semua sifatnya edukasi. Di Singapura masih ada penalti kalau ada masyarakat yang tidak pakai masker di dalam ruangan," katanya.

Baca Juga: Achmad Yurianto, Eks Jubir Covid19 Tutup Usia di RSSA Malang

Bentuk apresiasi bisa dilakukan dengan memberikan kebebasan bagi masyarakat yang patuh pada program vaksinasi booster atau dosis ketiga, tanpa harus tes antigen maupun RT PCR lagi dalam beraktivitas di ruang publik maupun transportasi umum.

Sekalipun mengharapkan penghentian PPKM, Pandu tetap mengingatkan masyarakat bahwa status pandemi COVID-19 belum dicabut WHO, sebagai badan dunia yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pandemic ini, sehingga risiko penularan COVID-19 masih tetap ada.

Karenanya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui  Tim Pandemi COVID-19 kembali melanjutkan survei serologi ketiga secara nasional untuk memantau perkembangan kekebalan tubuh masyarakat berdasarkan program vaksinasi COVID-19 pemerintah maupun vaksin alami yang diperoleh penyintas COVID-19.

"Serologi kami laksanakan lagi pada Juni-Juli 2022. Akan ada lagi se-Indonesia. Metodenya sama menggunakan sampel darah, seperti pada Desember 2022, saat serosurvei secara nasional dipilih penduduk sebagai sampel," tutupnya.

Editor: Allans Yodya Wiratama

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler