PORTALKALTENG - Mariupol yang berada di bawah blokade sejak awal Maret menjadi zona panas yang terus menjadi perhatian Rusia, Ukraina dan dunia.
Ukraina mengklaim militer Rusia tidak mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan, dan menembaki warga sipil dan membom gedung-gedung sipil tempat anak-anak berlindung.
Rusia menyampaikan telah salurkan bantuan kemanusiaan dan membuka koridor kemanusiaan namun nasionalis Ukraina terus menembaki warga sipil dan menjadikan mereka tameng hidup.
Pada akhir Maret lalu, Dewan Kota Mariupol mendesak penyelamatan warga Mariupol yang mulai mati kelaparan.
Pada tanggal 31 Maret, Komando Resimen Pengawal Nasional Batalyon Azov meminta pimpinan militer dan politik Ukraina untuk melakukan operasi "de-blokade" Mariupol.
Presiden Volodymyr Zelensky mengakui bahwa salah satu situasi paling kompleks di Ukraina saat ini adalah masalah Mariupol, dan berharap Turki akan memberikan mediasi.
Turki telah mengumumkan bahwa mereka siap untuk menunjuk kapal untuk mengatur evakuasi warga sipil dan yang terluka dari Mariupol melalui laut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjawab pertanyaan tentang skenario realistis untuk pembebasan Mariupol dan apakah 'de-blokade' sedang dipertimbangkan.