Lakukan Pertemuan Secara Daring ,Pemimpin Tertinggi Rusia dan China Tegas Menolak Barat

16 Desember 2021, 15:48 WIB

PORTALKALTENG -Vladimir Putin dan Xi Jinping melakukan pertemuan secara daring pada Rabu, 15 Desember 2021.

Percakapan kedua Pemimpin negara tersebut menegaskan bahwa Rusia dan China harus berdiri teguh dalam menolak campur tangan Barat dan membela kepentingan keamanan masing-masing.

Percakapan tersebut berlangsung delapan hari setelah Putin berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam format yang sama, menggarisbawahi bagaimana permusuhan bersama terhadap Barat membawa Moskow dan Beijing lebih dekat.

"Saat ini, kekuatan internasional tertentu dengan kedok 'demokrasi' dan 'hak asasi manusia' sedang mencampuri urusan dalam negeri China dan Rusia, dan secara brutal menginjak-injak hukum internasional dan norma-norma hubungan internasional yang diakui," lapor Xinhua. agensi mengutip pernyataan Presiden Xi.

Baca Juga: Cek Shio Mu Sekarang, Inilah Shio yang Terlahir Memiliki Garis Tangan Konglomerat dan Kaya Raya

"China dan Rusia harus meningkatkan upaya bersama mereka untuk lebih efektif menjaga kepentingan keamanan kedua belah pihak," katanya seperti dikutip dari SBS News. Dilansir PortalKalteng.com dari Pikiran-Rakyat.com pada Kamis, 16 Desember 2021 dengan judul artikel Vladimir Putin dan Xi Jinping Melakukan Pertemuan Secara Virtual, Rusia dan China Tegas Menolak Barat

Ajudan Kremlin Yuri Ushakov mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden Xi telah menawarkan dukungan kepada Vladimir Putin atas dorongannya untuk mendapatkan jaminan keamanan yang mengikat bagi Rusia dari Barat, karena dia memahami kekhawatiran Moskow.

Menurutnya, pasangan itu juga menyatakan "pandangan negatif" mereka tentang penciptaan aliansi militer baru seperti kemitraan AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat dan "Quad" Indo-Pasifik Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Rizky Nazar Terancam 4 Tahun Penjara Setelah Terbukti Menggunakan Narkoba Jenis Ganja

Seruan itu menyoroti cara-cara di mana Rusia dan China menarik satu sama lain untuk saling mendukung pada saat ketegangan tinggi dalam hubungan mereka dengan Barat.

China berada di bawah tekanan atas hak asasi manusia dan Rusia dituduh mengancam perilaku terhadap Ukraina.

Kremlin mengatakan bahwa Putin memberi tahu Presiden Xi tentang percakapannya dengan Joe Biden, di mana presiden AS memperingatkan Rusia agar tidak menginvasi Ukraina yang disangkal oleh Moskow dan Putin mengajukan tuntutannya untuk janji keamanan.

"Sebuah model kerja sama baru telah dibentuk antara negara-negara kita, berdasarkan, antara lain, pada prinsip-prinsip seperti tidak mencampuri urusan dalam negeri dan menghormati kepentingan satu sama lain," kata Putin kepada Presiden Xi.

Dia mengatakan dia berharap untuk bertemu dengan Presiden Xi di Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada bulan Februari sebuah acara yang Gedung Putih pekan lalu mengatakan pejabat pemerintah AS akan memboikot karena "kekejaman" hak asasi manusia China terhadap Muslim di wilayah barat Xinjiang.

AS, Inggris, Kanada, dan Australia tidak mengirimkan perwakilan politik ke Olimpiade atas penyalahgunaan China terhadap Uyghur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya di Xinjiang.

Baca Juga: Isak Tangis Keluarga dan Sahabat Laura Anna melepas Mendiang Menuju Tempat Peristirahatan Terakhir

Beijing dan Moskow mengecam boikot diplomatik dan Putin pada Rabu mengatakan kedua pemimpin menentang "setiap upaya untuk mempolitisasi olahraga dan gerakan Olimpiade", sebuah kritik yang berulang kali dilontarkan Rusia ke Barat.

Rusia diketahui telah menggunakan program doping yang didukung negara pada Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi dan dilarang mengikuti kompetisi internasional setelahnya.

Atlet Rusia diperbolehkan bertanding sebagai pemain netral tanpa bendera atau lagu kebangsaan Rusia jika mereka dapat membuktikan bahwa catatan doping mereka bersih.

Putin telah menggunakan kemitraan Rusia dengan China sebagai cara untuk menyeimbangkan pengaruh AS sambil mencapai kesepakatan yang menguntungkan, terutama di bidang energi.

Dia dan Presiden Xi tahun ini sepakat untuk memperpanjang 20 tahun persahabatan dan perjanjian kerjasama.

Pemimpin Rusia itu mengatakan perdagangan bilateral naik 31 persen dalam 11 bulan pertama tahun ini menjadi $123 miliar, dan kedua negara bertujuan untuk melampaui $200 miliar dalam waktu dekat.

Baca Juga: Kapal Perang Jerman Masuki Laut China Selatan, untuk Pertama kalinya Setelah 20 Tahun Silam

Dia mengatakan China menjadi pusat internasional untuk produksi vaksin Sputnik dan Sputnik Light Rusia terhadap Covid-19, dengan kontrak yang ditandatangani dengan enam produsen untuk membuat lebih dari 150 juta dosis.

China, negara satu-partai yang otoriter, menanggapi dengan marah karena tidak disertakan dalam KTT Joe Biden, mencap demokrasi AS sebagai "senjata pemusnah massal".

Para diplomat Beijing di luar negeri dan media yang dikendalikan negara meningkatkan propaganda yang mengkritik demokrasi Barat sebagai korupsi dan kegagalan.

Sebaliknya, mereka menggembar-gemborkan "demokrasi rakyat seluruh proses", yang bertujuan untuk menopang legitimasi Partai Komunis yang berkuasa, yang telah berayun semakin otoriter di bawah Xi.***(Muhamad Gilang Priyatna/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Hendrikus Sismanto Jueldis Imban

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler