PORTAL KALTENG – Menurut laporan APA Stress in America yang dirilis pada tahun 2018, penderita gangguan kesehatan mental didominasi oleh generasi Z dan generasi milenial.
Isu-isu seperti kekerasan seksual menyebabkan stres yang signifikan di antara mereka yang berusia antara 15-21 tahun (Gen Z). Secara khusus, 75% anggota Gen Z mengatakan bahwa penembakan massal adalah sumber stres yang paling signifikan.
Survei tersebut dilakukan secara online oleh The Harris Poll atas nama APA pada bulan Juli-Agustus 2018 di antara 3.458 orang dewasa dan 300 orang berusia 15-17 tahun.
Baca juga: GPS Salah Berikan Petunjuk Jalan, Pria AS Tewas dalam Kecelakaan Mengerikan
Gen Z juga lebih stres daripada orang dewasa secara keseluruhan mengenai masalah lain seperti pemisahan dan deportasi keluarga imigran dan migran (57% Gen Z vs 45% orang dewasa) serta laporan pelecehan dan penyerangan seksual (53% versus 39%).
Gen Z dan generasi milenial (masing-masing 37% dan 35%) juga lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka telah menerima perawatan atau terapi dari seorang profesional kesehatan mental, dibandingkan dengan generasi X (26%), baby boomer (22%) dan lansia (15%).
"Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini jelas menimbulkan stres bagi banyak orang, tetapi kaum muda benar-benar merasakan dampaknya, terutama masalah-masalah yang mungkin terasa di luar kendali mereka," kata Arthur C. Evans Jr, PhD, kepala eksekutif APA.
"Di saat yang sama, tingginya persentase Gen Z yang melaporkan soal kondisi kesehatan mental mereka bisa menjadi indikator bahwa mereka lebih sadar dan terbuka soal masalah kesehatan mental."