Hari Kesehatan Mental: Mengenal Bipolar, Penyakit Mental yang Paling Banyak Diderita Generasi Milenial

- 10 Oktober 2022, 20:58 WIB
Apa itu bipolar disorder?
Apa itu bipolar disorder? /Starting Point Behavioral Healthcare

PORTAL KALTENG – Tahukah kalian kalau tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia? Ya, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Ada banyak gangguan kesehatan mental di dunia psikologi, salah satunya adalah bipolar disorder atau gangguan bipolar. Sudahkah kalian mengerti tentang salah satu penyakit mental yang paling kerap diderita generasi milenial ini?

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan periode mood yang naik atau turun secara ekstrem.

Baca juga: Mengapa Orang Memakai Baju Hitam Saat Berkabung?

Baca juga: Studi Baru Ungkap Minum Kopi 2-3 Kali Sehari Bisa Bikin Umur Panjang

Dokter biasanya pertama kali mendiagnosis gangguan bipolar selama masa remaja akhir atau awal masa dewasa. Kondisi ini juga dapat muncul selama kehamilan atau setelah kelahiran dan terkadang selama masa kanak-kanak.

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental tanpa penyebab yang diketahui. Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI), sekitar 2,8% laki-laki maupun perempuan di Amerika Serikat memiliki gangguan bipolar.

Orang yang memiliki gangguan ini kemungkinan mengalami perubahan perilaku, pemikiran, dan perasaan yang ekstrem dan dramatis. Mereka juga kemungkinan besar tidak menyadari bagaimana mereka berpikir atau bertindak.

Akan tetapi, dengan perawatan yang tepat, penderita bipolar dapat mengelola gejala kondisi tersebut. NAMI menyatakan ada tiga jenis gangguan bipolar:

  1. Gangguan Bipolar I: Orang dapat mengalami manic episode (episode manik) yang berlangsung selama 1 minggu atau lebih. Selama keadaan manik, seseorang mungkin tidak tidur dan melakukan tindakan yang berbahaya. Fase manik mencakup setidaknya 2 minggu depresi. Dalam beberapa kasus bipolar 1, seseorang mungkin mengalami gejala manik dan depresi sekaligus.
  2. Gangguan Bipolar II: Orang akan mengalami periode manik dan depresi, tetapi tidak separah bipolar I.
  3. Gangguan siklotimik: Orang tidak mengalami gejala depresi dan manik sepenuhnya, namun akan mengalami kedua periode selama setidaknya 1-2 tahun.

Baca juga: GPS Salah Berikan Petunjuk Jalan, Pria AS Tewas dalam Kecelakaan Mengerikan

Seseorang yang memiliki gangguan bipolar kemungkinan dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala atau mengalami periode di mana gejalanya tidak parah.

Beberapa orang dengan gangguan bipolar juga tidak selalu menyadari perubahan suasana hati dan perilaku mereka. Hal itu bisa membuat diagnosis menjadi sulit.

Tanda-tanda gangguan bipolar meliputi periode manik dan depresi, masing-masing dapat berlangsung selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Terkadang, seseorang dengan gangguan bipolar akan mengalami periode tenang antara manik dan depresi.

Gejala manik dapat mencakup:

  • merasa bahagia dan gembira
  • berbicara dengan sangat cepat
  • memiliki tingkat energi yang tinggi
  • melakukan tindakan berbahaya
  • tidak tidur
  • tidak makan
  • tidak bisa fokus
  • merasa ingin membuat banyak rencana baru
  • halusinasi
  • menghabiskan uang dalam jumlah besar

Gejala depresi dapat mencakup:

  • memiliki tingkat energi yang sangat rendah
  • merasa sedih dan putus asa
  • mudah tersinggung
  • sulit berkonsentrasi
  • delusi
  • perubahan nafsu makan
  • kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya dinikmati
  • kelelahan
  • tidak bisa tidur

Seseorang dengan gangguan bipolar dapat mengalami periode gejala-gejala di atas secara bergantian pada tingkat yang intens.

Baca juga: Update: SPBU di Irlandia Meledak, Korban Tewas Capai 10 Orang

Gangguan bipolar adalah gangguan yang kompleks. Para dokter hingga saat ini masih belum yakin penyebab pasti kondisi ini. Namun, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seseorang hingga mengidap gangguan bipolar, antara lain:

  1. Riwayat keluarga

Hubungan genetik kuat dengan gangguan bipolar. Orang yang memiliki kerabat tingkat pertama dengan gangguan bipolar memiliki risiko tujuh kali lebih tinggi terkena kondisi tersebut daripada seseorang yang tidak memiliki kerabat dengan gangguan bipolar.

  1. Faktor risiko

Sebuah studi pada tahun 2018 mencatat bahwa infeksi T. gondii selama kehamilan bisa menjadi faktor risiko potensial bagi bayi yang kemudian mengembangkan gangguan bipolar. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian terkait hal ini.

Trauma masa kanak-kanak mungkin merupakan faktor risiko untuk kondisi kesehatan mental yang terjadi di kemudian hari, termasuk gangguan bipolar.

Stres dan peristiwa kehidupan yang traumatis, seperti kehilangan anak, perceraian, kematian dalam keluarga, atau pengangguran, bisa mempengaruhi timbulnya gangguan bipolar.

  1. Gangguan terkait

Studi pada tahun 2018 juga menggambarkan bagaimana gangguan bipolar terkait dengan banyak gangguan lainnya. Namun karena gangguan tersebut saling terkait, bukan berarti satu gangguan menyebabkan gangguan lainnya.

Gangguan bipolar dapat terkait dengan:

  • gangguan penggunaan zat
  • sindrom iritasi usus besar (IBS)
  • asma
  • obesitas
  • migraine
  • cedera kepala
  • gangguan kecemasan
  • gangguan hiperaktif defisit perhatian (ADHD)

Baca juga: 13 Orang Tewas dalam Serangan Rusia ke Zaporizhzhia

Terkadang, orang dengan gangguan bipolar salah didiagnosis dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti skizofrenia atau gangguan kepribadian borderline.

Bagi seorang petugas kesehatan profesional yang mendiagnosis gangguan bipolar, seseorang harus memiliki setidaknya satu episode manik yang berlangsung paling tidak 1 minggu dan satu episode depresi yang berlangsung lebih dari 2 minggu.

Meskipun sulit untuk mengidentifikasi beberapa gejala gangguan bipolar, perubahan perilaku yang ekstrem dapat menjadi tanda yang jelas. Misalnya:

  • mengambil risiko fisik yang ekstrem
  • membelanjakan uang dalam jumlah besar secara impulsif
  • menunjukkan perilaku berbahaya
  • bertindak tak mau kalah
  • gemetar atau gelisah
  • tidak tidur sama sekali atau tidur sepanjang waktu
  • isolasi yang ekstrem

Seperti banyak gangguan kesehatan mental lainnya, seseorang dapat mengobati gangguan bipolar melalui kombinasi terapi yang meliputi:

  • terapi
  • obat antipsikotik
  • antidepresan
  • obat penstabil suasana hati
  • strategi manajemen diri dan pendidikan
  • olahraga
  • meditasi

Penderita gangguan bipolar dapat mengelola kondisi mereka dengan bantuan perawatan medis. Melalui perawatan yang dilakukan secara efektif, orang dengan gangguan bipolar dapat hidup sehat dan bahagia.

Selalu jaga kesehatan mental kalian, ya. Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia!

Editor: Reni Nurari

Sumber: Health Grades


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x